Kamis, 11 Juni 2015




Cara menyeduh kopi menggunakan Moka Pot

Moka Pot

Metode penyeduhan kopi menggunakan Moka Pot adalah metode penyeduhan kopi yang paling sering digunakan oleh penikmat kopi rumahan di negara-negara Eropa dan Amerika Latin. Dengan menggunakan metode Moka Pot, kopi yang dihasilkan memiliki citarasa yang kuat dan pekat layaknya espresso. Maka tak heran bila Moka Pot juga disebut-sebut sebagai cikal bakal lahirnya mesin espresso.

Sebelum anda melanjutkan tutorial dibawah, anda harus mengetahui terlebih dahulu bahwa Moka Pot terdiri dari 3 komponen. Komponen paling bawah adalah komponen yang digunakan untuk menyimpan air. Di bagian atas ada komponen lain yang berfungsi sebagai filter, dibagian inilah kopi ditempatkan. Dan bagian terakhir atau bagian yang paling atas berfungsi sebagai wadah bagi air dan kopi yang telah terkestrak. Jadi konsep kerja yang dianut oleh moka pot adalah, air yang berada di bagian paling bawah akan didihkan, kemudian air tersebut akan menguap naik ke atas, untuk menuju ke bagian paling atas, air harus melewati bagian tengah, tempat dimana bubuk kopi di tempatkan.
Cara menyeduh kopi menggunakan Moka Pot
Prinsip Kerja Moka Pot
Hal lain yang perlu anda ketahui tentang moka pot adalah rasio antara kopi dan air. Untuk moka pot, perbandingan yang pas adalah 1:13, atau setiap 20 gr kopi, anda membutuhkan 260 ml air.  Nah setelah anda mengetahui beberapa hal tadi, silahkan ikuti tutorial menyeduh kopi menggunakan metode Moka Pot berikut ini.
Cara menyeduh kopi menggunakan Moka PotLangkah pertama
Giling biji kopi anda menggunakan grinder. Ukuran bubuk kopi yang ideal untuk metode Moka Pot adalah Medium Fine.


Cara menyeduh kopi menggunakan Moka PotLangkah Kedua
Setelah biji kopi digiling, masukan ke komponen bagian tengah, kemudian ratakan dengan menggunakan jari. Ingat, anda hanya perlu meratakan, jangan ditekan karena itu akan membuat kopi dan air tidak terekstrak dengan baik.

Cara menyeduh kopi menggunakan Moka PotLangkah Ketiga
Selanjutnya masukan air ke bagian moka pot yang paling bawah. Sebagian barista menggunakan air hangat/panas, namun sebagian lagi menggunakan air dengan suhu yang sedang (tidak dingin dan tidak panas).



Cara menyeduh kopi menggunakan Moka PotLangkah Keempat
Jika air dan kopi telah ditempatkan pada tempatnya masing-masing, lanjutkan dengan menyatukan ketiga komponen tersebut.



Cara menyeduh kopi menggunakan Moka PotLangkah Kelima
Setelah itu tempatkan moka pot di kompor dengan keadaan katup terbuka kemudian nyalakan api dengan ukuran yang kecil.
Jika Anda sudah melakukannya dengan benar kopi yang menguap akan terlihat pekat, mengeluarkan buih-buih, dan berwana coklat keemasan,


Cara menyeduh kopi menggunakan Moka PotLangkah Keenam
Setelah semua air yang berada dibawah naik ke bagian atas, tutup katup moka pot kemudian angkat. Selalu gunakan kain tebal untuk memegang moka pot karena moka pot akan sangat panas.

Cara menyeduh kopi menggunakan Moka PotLangkah Ketujuh
Untuk langkah akhir, tuangkan kopi kedalam cangkir kesayangan anda. Selanjutnya anda hanya tinggal menikmat seduhan kopi menggunakan Moka Pot.
Selamat Menikmati…

Kamis, 23 April 2015

Karakteristik Jenis-Jenis Kopi Unggulan Indonesia (Characteristics Types of Coffee Featured Indonesia)






















Kopi asal Indonesia telah diakui kenikmatannya oleh dunia. Dari Aceh sampai Papua, setidaknya ada 12 daerah yang menghasilkan kopi yang dinilai sebagai kelas premium.

Beda daerah penghasilnya, beda pula karakteristiknya. Masing-masing daerah produksi kopi di Indonesia memiliki karakteristik unik seperti rasa yang mirip cokelat, jeruk, atau rempah-rempah.

Oleh karena itu biji kopi Indonesia sangat terkenal keunikannya di kalangan peminum kopi specialty.
Biasanya karakteristik kopi dibedakan atas body (kekentalan), flavor (rasa), dan tingkat keasaman (acidity).

Tingkat acidity (keasaman di lidah) berbanding terbalik dengan body (kekentalan di mulut) kopi. Ada yang menggemari kopi pekat, adapula yang lebih senang minum kopi ringan.

Faktur-faktur ras ini ditentukan oleh faktor alam seperti jenis tanah, tinggi tanah dari permukaan laut, varietas kopi, serta faktor manusia seperti metode processing dan lama penyimpanan. Yuk kenali karakteristik kopi Indonesia!

Aceh Gayo
Jenis : Arabika
Body : full
Flavor : earthy, spicy
Acidity : mild atau sedang
Asal : Aceh

Mandheling
Jenis : Arabika
Body : full
Flavor : earthy, tembakau, kuat
Acidity : low
Asal : Sumatera Utara

Sidikalang
Jenis : Arabika
Body : full
Flavor : kuat, cokelat, karamel, herbal atau rempah, clean
Acidity : low
Asal : Sumatera Utara

Lintong
Jenis : Arabika
Body : full
Flavor : kacang, herbal atau rempah, spicy
Acidity : mild
Asal : Sumatera Utara

Lampung
Jenis : robusta
Body : full
Flavor : earthy, tembakau
Acidity : low
Asal : Lampung

Malabar Estate
Jenis : Arabika
Body : medium
Flavor : cokelat, kacang, herbal
Acidity : mild
Asal : Jawa

Bali Kintamani
Jenis : Arabika
Body : light
Flavor : jeruk, kacang
Acidity : medium
Asal : Bali

Flores
Jenis : Arabika
Body : full
Flavor : cokelat, spicy, tembakau, kuat, citrus, bunga, kayu
Acidity : tinggi
Asal : Nusa Tenggara Timur – Flores

Toraja Kalosi (Celebes)
Jenis : arabika
Body : medium
Flavor : cokelat, karamel, herbal
Acidity : medium
Asal : Sulawesi Selatan

Papua Wamena
Jenis : Arabika
Body : medium
Flavor : buah, balance, clean
Acidity : mild
Asal : Papua

Coffee from Indonesia has been recognized by the world's pleasures. From Aceh to Papua, at least there are 12 areas that produce coffee that is rated as premium.Different from the producing regions, also different characteristics. Each region of coffee production in Indonesia has unique characteristics such as taste like chocolate, citrus, or spices.Therefore, it is very well-known Indonesian coffee beans uniqueness among specialty coffee drinkers.Usually coffee characteristics distinguished body (viscosity), flavor (taste), and acidity (acidity).The level of acidity (acidity on the tongue) is inversely proportional to body (viscosity in the mouth) of coffee. Some are fond of black coffee, those who prefer to drink coffee light.

Invoices this race is determined by natural factors such as soil type, soil height above sea level, varieties of coffee, as well as human factors such as the old method of processing and storage. Let's identify the characteristics of Indonesian coffee!Aceh Gayo 
Type: Arabica Body: 
Full Flavor: earthy, spicy 
Acidity: mild or moderate 
Origin: Aceh

Mandheling

Type: Arabica
Body: full
Flavor: earthy, tobacco, strong
Acidity: Low
Origin: North Sumatra

SidikalangType: Arabica 

Body: fullFlavor: Strong, chocolate, caramel, herbs or spices, clean


Tehnik Sangrai Kopi (Technique of Coffee Roasting)


Biji kopi bisa sama. Asalnya pun sama. Tapi rasa bisa berbeda. Kenapa? Karena proses roasting itu tadi. Seperti racikan nasi goreng yang memiliki bumbu yang sama, tapi ketika di tangan si koki yang berbeda, maka cita rasa si nasi goreng akan berbeda. Demikian juga dengan meroasting kopi.

Metode Sangrai Kopi (Coffee Roasting Method) sangat menentukan rasa dan wangi kopi. Menyangrai kopi dengan cara yang benar oleh penyangrai ahli akan meghasilkan kopi bubuk berkualitas tinggi yang ditandai dengan rasa yang gurih dan wangi yang harum.
Teknik sangrai mencakup Penyediaan Biji dan Proses Sangrai. Penyediaan Biji haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga biji hijau mentah yang disediakan haruslah:
(1) Kopi Lulus Uji Cita Rasa (Cupping Test),
(2) Kadar air yang sesuai,
(3) Kopi Murni, artinya tidak tercampur dengan bahan-bahan bukan kopi,
(4) Kopi Sehat, artinya bebas dari bahan-bahan kimia aditif,
(5) Kopi Seragam, artinya biji-biji berukuran seragam,
(6) Kopi Sempurna, artinya biji tanpa cacat.

Proses sangrai mencakup lama dan temperatur sangrai. Prinsipnya, sangrailah dengan lama yang tepat dan temperatur yang pas.  Biji yang  disangrai lama pada temperatur rendah akan menyebabkan minyak dan senyawa-senyawa kimia penting terbang sehingga kopi terasa hambar. Biji yang disangrai singkat pada temperatur tinggi akan menyebabkan biji tidak matang merata, artinya kulit luar terlihat matang tapi bahagian dalam tidak matang. Lama sangrai dan temperatur disesuaikan terhadap hasil akhir yang akan dicapai. Setelah tingkat sangrai dicapai, keluarkan biji dari wahana, dan dinginkanlah biji di atas wadah.

Mesin sangrai boleh berupa mesin sangrai buatan dalam negeri atau luar negeri. Sumber panas bisa dari listrik, gas atau  kayu.

Seorang penyangrai perlu memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam teknik menyangrai untuk dapat menghsilkan kopi bubuk yang gurih dan harum. Bila dilatarbelakangi oleh kecintaan terhadap kopi, penyangrai tersebut akan menghasilkan kopi bubuk yang sempurna.

Sebagai contoh, klik Kopi Spesialti dari Gayo

Coffee beans can be the same. Its origin is the same. But the taste can be different. Why? Because the roasting process that was. Such as fried rice concoction that has the same spices, but when in the hands of a different chef, then taste the fried rice will be different. Likewise with meroasting coffee.

Methods Roasted Coffee (Coffee Roasting Method) determine the flavor and fragrance of coffee. Roasting coffee the right way by expert roasters will amount to high-quality ground coffee which is marked with a savory taste and smell fragrant, roaster technic includes provision of seeds and Roasted process. Seed Provision must be made such that the supplied raw green beans must be:(1) Coffee Taste Test Passed (Cupping Test),(2) appropriate water levels,(3) Coffee Pure, meaning not mixed with ingredients instead of coffee,(4) Coffee Healthy, meaning free of chemical additives,(5) Coffee Uniform, meaning that the seeds of uniform size,(6) Coffee Perfect, flawless means seed.The process includes the old and the temperature roaster roaster. In principle, the old sangrailah with appropriate and fitting temperature. Long beans roasted at low temperatures will cause the oil and essential chemical compounds to fly so the coffee tasted bland. Short roasted beans at high temperatures will cause the beans are not cooked through, meaning that the outer skin looks mature but not ripe Courant in. Old roaster and temperature adjusted to the final result to be achieved. After roaster level achieved, remove the seeds from the vehicle, and Dinginkanlah seeds on top of the container.
Machine roaster roaster machine may be made in the country or abroad. The heat source can be of electricity, gas or wood.A roasters need to have knowledge and experience in techniques to be able menghsilkan roast ground coffee is tasty and fragrant. When motivated by a love of coffee, coffee roasters will produce a perfect powder.


Senin, 16 Februari 2015

Cupping, Seni Menilai Secangkir Kopi (Cupping, Art Assessing Cup of Coffee)

Cupping, Seni Menilai Secangkir Kopi (Cupping, Art Assessing Cup of Coffee)

“Ada sekitar 800 karakter kopi,” . Ini bisa dikenali dan dipelajari lewat cupping, coffee tasting alias “upacara” singkat mengenali dan membandingkan sejumlah karakter beberapa kopi.
"There are about 800 characters of coffee,"  It can be recognized and studied through cupping, coffee tasting alias "ceremony" to identify and compare a number of brief character of some coffee


pencinta kopi sejati akan mencari single origin (kopi murni khas suatu daerah) dan blend (racikan beberapa jenis kopi) yang dinikmati pekat murni—tanpa gula atau susu. Pahit? “Kopi itu sangat berkarakter,”

True coffee lovers will look for single origin (pure coffee typical of an area) and blend (blend several types of coffee) who enjoyed pure concentrated without sugar or milk. Bitter? "The coffee was very characteristic,"

Fragrance, aroma, acidity, dan body adalah karakter utama kopi. Kopi yang baik, karakternya tetap kuat meski dicampur apa saja.
Fragrance, aroma, acidity, and the body is the main character of coffee. Good coffee, his character remains strong despite mixed anything.


Dalam cupping, yang pertama kita kenali adalah menghirup wangi kopi yang menguar dari dari kopi bubuk yang belum diseduh. Langkah kedua, kita mengambil gelas A berisi 7 g bubuk kopi yang dua menit sebelumnya diseduh air 150 ml dan mendekatkannya ke hidung. Dengan sendok, ampasnya dibuka ke pinggir dan dihirup aromanya.
In cupping, the first we know is sipping coffee scent that wafted from the ground coffee is not brewed. The second step, we take a glass containing 7 g of coffee powder which is two minutes earlier brewed 150 ml of water and held it to his nose. With a spoon, the waste is opened to the side and inhaled the fragrance

“Upacara” ketiga, acidity, keasaman kopi. Pada tahapan ini peserta mengangkat gelas, menyingkirkan ampas ke gelas kosong, menyendok kopi, dan menyeruput sampai bunyi. Saat kopi menyentuh langit-langit mulut dan tepian bawah lidah peserta akan merasakan keasaman seperti ketika menyantap buah atau menyesap anggur, dengan selintas rasa “manis”. Skala penilaiannya 1 (very flat), 3 (very soft), 5 (slightly sharp), 7 (very sharp), dan 10 (very bright).
"Ceremony" third, acidity, acidity coffee. At this stage the participants raise a glass, get rid of the empty glass to the dregs, coffee scoop, and slurping up the sound. When coffee touches the palate and lower edges of the tongue participants will feel like when eating fruit acidity or sip wine, with a fleeting sense of "sweet". Assessment scale of 1 (very flat), 3 (very soft), 5 (slightly sharp), 7 (very sharp), and 10 (very bright).

Keempat, sampailah pada point terpenting : flavor (cita rasa). Peserta merasakan apakah ada paduan aroma dan rasa ketika kopi menguapi langit-langit mulut saat diseruput. Skala penilaian untuk aspek cita rasa ini antara 1 (terpayah) dan 10 (terhebat).
Fourth, comes the most important point: the flavor (taste). Participants felt if there blend aroma and flavor when steaming coffee palate when inhaled. Scale to taste this aspect between 1 (worst) to 10 (greates)

Langkah kelima, body, kekentalan dari lemak, minyak, dan endapan yang terasa ketika kopi diseruput. “Bayangkan seperti ketika menyeruput susu,” kata Agus. Skala nilainya 1 (very thin), 4 (light), 6 (full), 9 (heavy) dan 10 (very heavy).
The fifth step, the body, the viscosity of grease, oil, and the sediment was when coffee diseruput. "Think like when sipping milk," said Agus. Scale value of 1 (very thin), 4 (light), 6 (full), 9 (heavy) and 10 (very heavy).


Di antara langkah ketiga sempai keenam, kita bisa meneguk air bening untuk menetralkan mulut. Terakhir, kita memberikan cupper’s point/balance atau nilai keseluruhan pada semua kategori tadi dengan skala -5 (terpayah) dan +5 (terhebat).

In the third step to the sixth, we can sip of pure water to neutralize the mouth. Finally, we give a cupper's point / balance or the total value of all these categories with the scale of -5 (terpayah) and +5 (greatest).


Minggu, 08 Februari 2015

Home





We Serve Booking from throughout Indonesia and overseas.

Sun Coffee Shop Selling Different Types of coffee (Arabica, Civet, Robusta) Sourced Direct From Gayo Coffee Plantation Land Central Aceh and Bener Meriah. Origin Coffee Gayo Already known in Abroad, Many In Messages & Export Shipments to Australia, the Netherlands, Germany, Singapore and Japan, Korea, United States. Gayo Has Distinctive Aroma, Taste Delicious, Delicious None rival Suitable For Coffee Lovers.

LUWAK'S COFFE

Kopi Luwak coffee is brewed using coffee beans taken from the remaining dirt mongoose / palm civet. Coffee beans are believed to have a different flavor after being eaten and passed through the digestive tract mongoose. This coffee fame in the Southeast Asian region has long been known, but only became widely known in the gourmet coffee enthusiast after publication in the 1980s. The beans are the most expensive in the world, reaching $ 100 per 450 grams.
History
refers to the seeds of coffee berries once they have been eaten and defecated by the Asian palm civet.
The name is also used for marketing brewed coffee made from the beans.
Producers of the coffee beans argue that the process may improve coffee through two mechanisms, selection and digestion. Selection occurs if the civets choose to eat coffee berries containing better beans. Digestive mechanisms may improve the flavor profile of the coffee beans that have been eaten.
The civet eats the berries for the beans' fleshy pulp, then in the digestive tract, fermentation occurs. The civet's Protease enzymes seep into the beans, making shorter peptides and more free amino acids. Passing through a civet's intestines the beans are then defecated with other fecal matter and collected.
Although kopi luwak is a form of processing rather than a variety of coffee, it has been called one of the most expensive coffees in the world with retail prices reaching
Kopi luwak is produced mainly on the islands of SumatraJavaBali and Sulawesi in the Indonesian Archipelago.

ACEH'S COFFE HISTORY

At first, the people know that the coffee trade system is fully controlled by Arab traders. Hence the term COFFEE ARABICA. By then of course the price of coffee so expensive, and many people from around the world who are tempted to engage in this commodity business, but traders shut secret arab origin precious commodities.
 At the end of the 19th century, a Dutch merchant managed to steal the coffee seeds from Arab merchants in a Port in Yemen named Mocha (UK). By the Dutch, coffee seedlings were stolen was brought to the colonies country, Java, precisely in Ijen mountain slopes at the eastern end of the island. Turns coffee thrives there. And with them the Arab monopoly on coffee commodity, the Netherlands has now become the new players. 
Since then not only known in terms of Arabica coffee, but also appears to refer to the term JAVA coffee drinks, sometimes the term is combined with Mocha, became Mocha Java. It refers to the Java coffee from seed stolen Dutch in Mocha. Now the term is becoming more famous JAVA again when a programmer coffee addict immortalize be the name of a computer program with a warm cup of coffee logo steaming.
From Java coffee began to spread throughout the world. Originally coffee from Java brought to France to study and glorified in plant development center in France. And again the French who have land in the country colony in South America managed to steal this plant, and develop it there and then South America became the largest coffee producer in the world to this day. Coffee eventually become a commodity world that supposedly now the second largest traded commodity in the world after oil. Initially, the Netherlands grow coffee in all places. But it turns out the coffee quality is not the same everywhere. Through the Dutch research found that coffee grown in the highlands of better quality than the coffee grown in the lowlands. Later known, this occurs because the coffee grown in the lowlands, precocious because it caused the heat so that the seeds may be light because not enough of the nutrients absorbed from the soil. Worse yet, in the 30s, almost all the coffee plantations owned by the Dutch in Java destroyed by pests leaf rust. Research re-done, finally found that in tropical regions near the equator, coffee plants can only grow well in areas with an altitude of over 800 meters.
The problem, in Java and the entire Dutch colony in the Indian, not a lot of areas that qualify it (later discovered another species of pest-resistant coffee leaf rust and can be grown in the lowlands, the type of coffee is then known as Robusta coffee, derived from the word ROBUST which approximately means tough, but unfortunately this is less preferred species of coffee the coffee drinkers in Europe).
At the beginning of the 20th century, the Dutch conquered Aceh. Although the de jure actually Netherlands never really conquer Aceh. But in fact, since the beginning of the 20th century the Dutch had been the reigning lord and make Aceh as colonies. 
In Aceh, the Netherlands found a vast plateau known as the [[Tanoh Gayo]], located in the heart of this region, which is based on research that they did was very suitable for growing coffee. And this is where the magic begins. In Tanoh Gayo, the Dutch built in Takengon rule base which is located right on the shores of Lake Laut Tawar surface at an altitude of 1250 masl. Later, the city developed into a center of economic and governance and the largest city in Tanoh Gayo. The first coffee plantations in the Netherlands developed area called Striped Gele located not far from this city. To this day, this area is known as one of the best coffee producing areas in Tanoh Gayo. 
From Striped Gele, coffee spread to all corners of Tanoh Gayo cold air. When in 1945, the Dutch left. As in Java, all their assets including coffee plantations live in Gayo. But unlike in Java plantation operations followed by government companies and workers remain employed in Java. 
In Gayo, which occurs differently. After the Dutch leave, farms were left behind were distributed to the local community, especially those who previously worked there. As in Java, the Indonesian government after the physical revolution is sometimes presented by the Dutch coffee plantation is the military leaders as a reward for their services and their struggle. Examples such as plantations Klatak time in Banyuwangi, covering an area of 1300 hectares of coffee plantations that once belonged to the Dutch awarded by the Government of Indonesia to a military officer named Suhud. In Gayo even so, a Dutch-owned plantations and its factories are located in the village of Bandar Lampahan (now entered Bener Meriah administrative region), right at the foot of the active volcano Burni Telong, awarded by the government to a military officer named Ilyas Leubee Gayo origin which in the past physical revolution risking their lives on the battlefield Medan Area. But unlike Suhud, Ilyas Leubee not take the prize for himself. Ilyas Leubee now deceased, share them with the people around and not continue the management of the garden so that even then abandoned factory Dutch heritage and become scrap metal until now. Finds that turned out very profitable coffee plants. Farmers who did not get any coffee plantations, began to cultivate vacant lands surrounding the coffee plant, so that there are now at least 90 thousand hectares of coffee plantations in the Central Highlands are now separated into two districts. This makes the central highlands as the largest producer of Arabica coffee is not only in Indonesia, but also Asia. Because the coffee plantations in Gayo managed by individual farmers with an average maximum of 2 hectares of land ownership.
Gayo coffee character to be very diverse, never mind the type of soil and grow different heights even fairly extreme. (Land Volcanic in Lukup Soap, Bandar lampahan, Simpang Balik and Bener Meriah other regions and not volcanic in Jagong Jeget, Batu Lintang and surrounding areas. The height of about 700 masl in singah Mulo, until the 1500s Meter in Lukup Soap). 
Varieties grown coffee varies considerably, ranging from Bourbon to Catimor with a variety of variations. Not to mention we speak of post-harvest handling. All of this makes coffee Gayo be very unique in view of coffee lovers in the world. Gayo coffee flavor is never stable but his score is always above average. And miraculously discovered later, all the extreme differences that exist in this Gayo Tanoh, making all sorts of flavors typical of specialty coffee in the world Tanoh Gayo. Coffee distinctive flavor Kintamani, Sulawesi, even to Colombia and Kenya can be found in this magical land. Wonders like the one in Gayo, can not be found in coffee production centers anywhere on the planet Earth. As God who presented Bordeaux who like paradise for wine lovers, it was the Lord had already presented Gayo for coffee lovers in the world. 
The difference, if Bordeaux highly appreciated in France there, both from citizens and government. Gayo, currently still struggling to get a decent appreciation acquired, though now not get to that stage.

Jumat, 06 Februari 2015

SEJARAH KOPI ACEH

Dataran Tinggi Gayo, Potongan Tanah Surga untuk Kopi Arabica

KOPI yang sekarang dikenal sebagai minuman populer di seluruh penjuru dunia awalnya hanya tumbuh di Afrika, tepatnya di Ethiophia. Sebuah legenda masyhur tentang penemuan Kopi sebagai minuman adalah cerita tentang Kaldi seorang pengembala kambing yang menyaksikan kambing peliharaannya terlihat sangat gembira setelah memakan buah dari sejenis tanaman perdu yang berwarna merah ketika sudah matang. Kaldi kemudian mencoba merebus buah ini dan meminumnya, dia merasakan sensasi yang menyenangkan. Belakangan, mulai ditemukan cara yang lebih nikmat dalam mengkonsumsi kopi. Dalam waktu yang lama kopi menjadi minuman istimewa yang hanya dikonsumsi para raja dan kaum bangsawan. Dari mana kopi di dapat menjadi rahasia yang ditutup rapat. Belakangan kopi mulai keluar dari Afrika dan menjadi minuman favorit para bangsawan dan orang kaya di Eropa. Tapi saat itu asal usul kopi masih misteri, yang orang tahu bahwa tata niaga kopi sepenuhnya dikuasai oleh para pedagang Arab. Dari sinilah muncul istilah KOPI ARABICA. Pada saat itu tentu saja harga kopi demikian mahal, dan banyak orang dari penjuru dunia yang tergiur untuk terlibat di bisnis komoditas ini, tapi para pedagang arab menutup rapat rahasia asal usul komoditasnya yang sangat berharga itu. Pada akhir abad ke 19, seorang pedagang Belanda berhasil mencuri bibit kopi dari saudagar Arab di sebuah Pelabuhan diYaman yang bernama Mocha(Inggris). Oleh si Belanda, bibit kopi yang dicuri itu dibawa ke wilayah koloni negaranya, Jawa, tepatnya di lereng pegunungan Ijen di bagian ujung timur pulau ini. Ternyata kopi tumbuh subur di sana. Dan dengan itu berakhirlah monopoli Arab pada komoditas Kopi, Belanda kini jadi pemain baru. Sejak saat itu tidak hanya Arabica yang dikenal dalam istilah kopi, tapi juga muncul istilah JAVA untuk menyebut minuman kopi, kadang istilah ini dipadukan dengan Mocha, menjadi Mocha Java. Ini merujuk pada Kopi Jawa yang berasal dari bibit yang dicuri Belanda di Mocha. Sekarang istilah JAVA ini menjadi lebih terkenal lagi ketika seorang programmer pecandu kopi mengabadikannya menjadi nama sebuah program komputer dengan logo secangkir kopi hangat yang mengepulkan asap. Dari Jawa kopi mulai tersebar ke seluruh penjuru dunia. Awalnya Kopi dari Jawa dibawa ke Perancis untuk diteliti dan dimuliakan di pusat pengembangan tanaman di Perancis. Dan lagi-lagi seorang perancis yang memiliki tanah di koloni negara itu di Amerika Selatan berhasil mencuri tanaman ini, dan mengembangkannya di sana dan kemudian Amerika Selatan pun menjadi produsen kopi terbesar di dunia hingga hari ini. Akhirnya Kopi menjadi komoditas dunia yang konon sekarang merupakan komoditas perdagangan terbesar kedua di dunia setelah Minyak. Awalnya, Belanda menanam kopi di semua tempat. Tapi ternyata mutu kopi tersebut tidak sama di semua tempat. Melalui riset Belanda menemukan bahwa kopi yang tumbuh di dataran tinggi mutunya lebih baik dibanding kopi yang ditanam di dataran rendah. Belakangan diketahui, ini terjadi karena kopi yang ditanam di dataran rendah, terlalu cepat matang karena diakibatkan hawa panas sehingga bijinya menjadi ringan karena belum cukup banyak nutrisi yang diserap dari tanah. Lebih parah lagi, pada tahun 30-an, hampir semua perkebunan kopi milik Belanda di Jawa hancur akibat terserang hama karat daun. Riset kembali dilakukan, akhirnya ditemukan fakta bahwa di wilayah tropis yang dekat dengan khatulistiwa, tanaman kopi hanya bisa tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian di atas 800 meter. Masalahnya, di Jawa dan seluruh koloni Belanda di Hindia, tidak banyak daerah yang memenuhi syarat itu (Belakangan ditemukan spesies kopi lain yang tahan hama karat daun dan bisa tumbuh di dataran rendah, jenis kopi ini kemudian dikenal dengan nama Kopi Robusta, berasal dari kata ROBUST yang kurang lebih berarti tangguh, tapi sayangnya spesies kopi ini kurang disukai para peminum kopi di eropa). Pada awal abad ke-20, Belanda menaklukkan Aceh. Meskipun secara de jure sebenarnya Belanda tidak pernah benar-benar menaklukkan Aceh. Tapi secara fakta, sejak awal abad ke-20 Belanda lah yang menjadi penguasa memerintah dan menjadikan Aceh sebagai koloninya. Di Aceh Belanda menemukan sebuah dataran tinggi luas yang dikenal dengan nama [[Tanoh Gayo]], terletak di jantung wilayah ini, yang berdasarkan riset yang mereka lakukan ternyata sangat cocok untuk ditanami Kopi. Dan dari sinilah keajaiban itu bermula. Di Tanoh Gayo, Belanda membangun basis pemerintahannya di Takengon yang terletak tepat di tepi danau Laut Tawar yang permukaannya ada di ketinggian 1250 Mdpl. Belakangan kota ini berkembang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan dan menjadi kota terbesar di Tanoh Gayo. Perkebunan kopi pertama yang dikembangkan Belanda di daerah yang bernama Belang Gele yang terletak tidak jauh dari Kota ini. Sampai hari ini, daerah ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Tanoh Gayo. Dari Belang Gele, Kopi tersebar ke segala penjuru Tanoh Gayo yang berhawa dingin. Ketika pada tahun 1945, Belanda hengkang. Seperti yang terjadi di pulau Jawa, segala aset mereka termasuk perkebunan kopi tinggal di Gayo. Tapi berbeda dengan di Jawa yang operasional perkebunannya dilanjutkan oleh perusahaan pemerintah dan pekerjanya tetap dipekerjakan di Jawa. Di Gayo, yang terjadi berbeda. Setelah Belanda hengkang, kebun-kebun kopi yang tertinggal dibagi-bagikan kepada masyarakat setempat, terutama yang sebelumnya bekerja di sana. Seperti di Jawa, pasca revolusi fisik pemerintah Indonesia terkadang menghadiahkan perkebunan kopi peninggalan Belanda tersebut kepada para petinggi militer sebagai penghargaan atas jasa dan perjuangan mereka. Contohnya seperti perkebunan Kali Klatak di Banyuwangi, perkebunan kopi seluas 1300 hektare yang dulunya milik Belanda dihadiahkan oleh Pemerintah Indonesia kepada seorang perwira militer bernama Suhud. Di Gayo pun begitu, sebuah perkebunan milik Belanda beserta Pabriknya yang terletak di desa Bandar Lampahan (kini masuk wilayah administratif Bener Meriah), tepat di kaki gunung berapi aktif Burni Telong, dihadiahkan oleh pemerintah kepada seorang perwira militer asal Gayo bernama Ilyas Leubee yang di masa revolusi fisik menyabung nyawa di medan perang Medan Area. Tapi berbeda dengan Suhud, Ilyas Leubee tidak mengambil hadiah itu untuk dirinya sendiri. Ilyas Leubee yang kini telah almarhum, membagikannya kepada masyarakat sekitar dan tidak melanjutkan pengelolaan kebun itu, sehingga pabrik peninggalan Belanda itupun terbengkalai dan menjadi besi tua sampai sekarang. Mendapati bahwa ternyata tanaman Kopi sangat menguntungkan. Para petani yang tidak kebagian kebun kopi pun, mulai menanami lahan-lahan kosong di sekitarnya dengan tanaman kopi, sehingga saat ini terdapat sedikitnya 90 ribu hektare perkebunan kopi di dataran tinggi Gayo yang sekarang dipisahkan menjadi dua kabupaten. Ini menjadikan dataran tinggi Gayo sebagai produsen kopi Arabica terbesar tidak hanya di Indonesia, tapi juga Asia. Karena kebun kopi di Gayo dikelola oleh petani individual dengan rata-rata kepemilikan lahan maksimum 2 hektare. Karakter kopi Gayo menjadi sangat beragam, sudahlah jenis tanah dan ketinggian tumbuh yang berbeda bahkan terbilang ekstrim. (Tanah Vulkanis di Lukup Sabun, Bandar lampahan, Simpang Balik dan wilayah Bener Meriah lainnya dan bukan vulkanis di Jagong Jeget, Batu Lintang dan sekitarnya. Ketinggian sekitar 700-an Mdpl di Singah Mulo, sampai 1500-an Meter di Lukup Sabun). Varietas kopi yang ditanam pun berbeda-beda, mulai dari Bourbon sampai Catimor dengan aneka ragam variasinya. Belum lagi kita bicara penanganan pasca panen. Semua ini menjadikan Kopi Gayo menjadi kopi yang sangat unik dalam pandangan para pecinta kopi di dunia. Rasa kopi Gayo tidak pernah stabil tapi skor-nya selalu di atas rata-rata. Dan ajaibnya belakangan ditemukan, segala perbedaan ekstrim yang ada di Tanoh Gayo ini, membuat segala macam rasa khas kopi istimewa Dunia ada di Tanoh Gayo. Rasa khas Kopi Kintamani, Sulawesi bahkan sampai Kolombia dan Kenya pun bisa ditemukan di tanah ajaib ini. Keajaiban seperti yang ada di Gayo, tidak dapat ditemukan di sentra produksi kopi manapun di planet Bumi. Seperti Tuhan yang menghadiahkan Bordeaux yang layaknya surga bagi para pecinta anggur, ternyata Tuhan pun sudah menghadiahkan Gayo bagi para pecinta kopi di dunia. Bedanya, kalau Bordeaux mendapat apresiasi tinggi di Perancis sana, baik dari warga maupun pemerintahnya. Gayo, saat ini masih sedang berjuang mendapat apresiasi yang sangat layak didapatkannya, meskipun sekarang belum sampai ke tahap itu.

KOPI LUWAK

Kopi luwak  or civet coffee

Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak / musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD 100 per 450 gram.

Sejarah
Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.

Gambar Kopi luwak asli
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.
Kopi Luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM AustraliaKevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy.

SPECIALTY COFFE

History

"Specialty coffee", whether it is commercial quality and specialty coffee (specialty coffee), no doubt again today is one commodity tropical regions play an important role in the system of world economic turnaround. As commodities are traded worldwide, coffee ranks second only to petroleum. The main market place of coffee is developed countries in Europe and America. Not a few developing countries whose economies depend on them of these shrubs. In the 90s, the major markets in developed countries flooded with low-quality coffee commodity. As a result, the price of coffee was dropped at worrying levels and thus the multidimensional and multinational crisis.

Because of the crisis, many coffee farmers who have to swerve, replace the coffee plant to another plant or switch professions, and of course they have to start from zero. During the learning process towards a new profession they pursue, of course, meet the needs of everyday life, health and education became choked up.

In an effort to control the price of coffee, the international coffee organization consisting of producer countries and consumers of coffee in the world, or familiarly known as ICO (International Coffee Organization), issued resolution 407 which aims to improve the quality of the coffee. The logic is that if the quality of coffee increases, the price of coffee increased. If the selling price of coffee increases, the quality of life of farmers to be better. If so, then the sustainability of coffee production was awake. After the era of the coffee produced in large-scale impact on the decline in commodity prices of coffee, a new chapter on the quality of the coffee world began. Specialty coffee.

In Europe, specialty coffee is the most developed in the coffee industry. Since the implementation of resolution 407, specialty coffee market share in the US grew by 20%. Meanwhile, slowly but surely, echo specialty coffee in Indonesia started to look through a different taste and aroma with a commercial coffee.

So, what is a specialty coffee? When we refer to specialty coffee, we indirectly pointed premium quality arabica coffee species. The term specialty coffee (specialty coffee) was first used by Erna Knutsen in 1978. The concept of specialty coffee that he poured in the journal, "Tea and Trade Journal" simple. He uses the term "specialty coffee" to refer to the unique flavor of the coffee beans produced in certain climates and regions. If so, then the question arises, what is the standard of the unique flavor? And, like what are the limitations of climate and the region? At what point coffee produced from a particular region of the climate and produce a unique flavor, Farm ? Roasting ? Or at the time it is being brewed?

To answer such questions, it is not enough just discussed one-two-face. SCAA (Specialty Coffee Association of America) as the international coffee world compass issued strict standards and more scientific to the premium quality coffee after doing research for approximately 20 years. A coffee rice (green bean) can have a value of 300 grams specialty when coffee beans are picked at random, has more or less moisture content 9-13%, and no more than 5% of the amount of coffee beans that pass sieve sieve on 14- 18 mesh. In the remaining coffee beans should not be on the coffee beans that have defects (full defect). When cupping tests performed by a Q-graders, the coffee required to have a minimum score of 80 on the attributes of body, flavor, aroma, or accidity.

For coffee lovers, the consumer's right to ask the manufacturer in this case could plantations, roaster, cafes, and barista-top quality coffee drunk. Did he like the specialty coffee that is offered?

SOURCE ILLUSTRATION FREEPIXELS


Status: Ready Stock